Manusia lahir pada waktu-waktu Puitis
Manusia lahir pada waktu-waktu puitis
Sekalian manusia dilahirkan sebagai mahkluk puitis,
Seorang tua terus-menerus tiada henti, melantunkan ayat-ayat Tuhan,
Pada waktu si ibu berada sejengkal nafas dari Surga.
Ketika di graha rahim ibu,
Kita dididik,
Ditempa sedemikian rupa menjadi seorang penyayang,
Pun lagu-lagu lampau karya musisi dunia,
lantas meriak menjelang petang,
Pun rangkaian mahakarya Tuhan tak kalah anggunnya,
mengombak pada malam panjang
Kelak, agar kita menjelma manusia penuh cinta..
Bahwa, Tuhanpun serupa jua..
Manusia lahir pada waktu-waktu Puitis,
Matipun demikian..
Lantas, mengapa malu..?
Seorang tua terus-menerus tiada henti, melantunkan ayat-ayat Tuhan,
Pada waktu si ibu berada sejengkal nafas dari Surga.
Seorang ayah membisikkan banyak kalimat indah,
Demikian khidmat penuh kasih akan manusia-manusia baru,
Ketika di graha rahim ibu,
Kita dididik,
Ditempa sedemikian rupa menjadi seorang penyayang,
Pun lagu-lagu lampau karya musisi dunia,
lantas meriak menjelang petang,
Pun rangkaian mahakarya Tuhan tak kalah anggunnya,
mengombak pada malam panjang
Kelak, agar kita menjelma manusia penuh cinta..
Bahwa, Tuhanpun serupa jua..
Merajut sajak-sajak perkara semesta.
Pada setiap baitnya teramat elok rupanya,Manusia lahir pada waktu-waktu Puitis,
Matipun demikian..
Lantas, mengapa malu..?
-Ibee
11/5/17
[pada pertengahan malam tanpa bulan dan tanpamu..]

Komentar