Postingan

Tidak benar-benar berpisah

Gambar
Tidak benar-benar berpisah Photo by Wirawan Ilham Mungkin perpisahan semacam inilah yang mereka butuhkan, Airmata yang beradu menjadi satu dalam dua bidang dada, saling bergantian. Tapi tidak, tidak sayang, ucap lelaki dengan kuas sendunya ;kita tidak pernah benar-benar berpisah. Berpisah hanya terjadi pada tubuh yang mati. Ketika ruh memilih hidup dalam lapang langit sang pencipta, Tentu saja, Kita tidak pernah benar-benar berpisah. Lihatlah, itu hanya tipu daya airmatamu, Mengalirkan buih kenangan dalam guratan-guratan bajumu yang lusuh Lalu  kau seka tiap-tiap baris ingatan kita,  Seolah itu adalah pertanda kemenangannya yang basah. Sekali lagi dan amatilah, Itu hanya kecurangan syaraf-syaraf di balik kulit tubuhku yang lemah. Menagih erat rengkuh di tengah malam tanpa cahaya bulan dan sunyi, tanpamu. Atau lisanmu yang kadang tak mengindahkan...

1917: PASCA REVOLUSI DI RUSSIA

PASCA REVOLUSI, 1917 : RUNTUHNYA KEKOKOHAN OTOKRASI ROMANOV  DI RUSSIA DAN DINAMIKA PEMERINTAHAN SEMENTARA KERENSKY HINGGA MUNCULNYA KAUM BOLSHEVICK. Januari 1917 harapan akan otokrasi di Rusia tak mampu lagi menjadi pelindung bagi segala gempuran masalah dan konflik yang terjadi di negeri tersebut, dibarengi keadaan ekonomi yang kian memburuk, pemogokan di berbagai kelas pekerja, pasukan huru-hara menjadi anarkis, kekuatan demonstran yang tak mampu dibendung membanjiri jalan di Petrograd, dan para serdadu yang pada 1905 sangat setia berdiri dan mendampingi sang Tsar kini ikut menjadi revolusioner dan ikut ambil bagian terhadap runtuhnya dinasti Romanov (1613-1917) yang menandai berakhirnya otokrasi Tsar Nicholas II. Harapan akan lahirnya rezim demokratik-liberal dan adanya konstitusi yang permanen terhadap pemerintahan Rusia. Namun masalah-masalah internal dalam negeri Rusia sangat menghambat pembangunan pemerintahan yang baru ditambah lagi ketidakjelasan kekuasaan kekais...

Warisan Arung Palakka (Leonard Y. Andaya)

Gambar
Resensi buku : Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17 ;Leonard Y. Andaya Penerbit ININNAWA 259 halaman Tahun 2004 (oleh: Ibnu khair) Sejarah Sulawesi Selatan pada abad ke-17 menampilkan sosok Arung Palakka sebagai seorang tokoh yang menjadi salah satu penguasa terhebat dalam kerajaan Gowa dan banyak kerajaan di sekitarnya, dalam perkembangannya dewasa kini, Arung Palakka masih menjadi sebuah konstroversi bagi Sejarah Indonesia, khusunya pada Sulawesi Selatan, tentang sosoknya sebagai seorang Pahlawan Nasional, masih terus-menerus dipertanyakan. Bagi orang-orang yang belum mengkaji lebih hati-hati perihal pensejarahan Sulawesi Selatan abad-17 dalam berbagai macam sumber dan literatur, tentunya masih akan menempatkan Arung Palakka sebagai seorang yang memihak kepada Kolonialisme atau VOC pada masa lalu, melalui sentimen-sentimen kedaerahan yang dapat muncul kapan saja, tanpa tahu memberikan batasan . Buku Warisan Arung Palakka , muncul sebaga...

Akibat mengabaikan Senja

Gambar
Akibat mengabaikan Senja Photo by Wirawan Ilham Poros bumi membelah jarak perlahan, kini hati gerimis resah Hujan meremang-remang jauh pada ufuk ketiadaan Saat kuputuskan berteduh di bawah payung senja Angin tiba rundung menyinggung: separuh jalan tiada sepadan, ucapnya Aku terlena dan mengabaikan senja, dan kau.. Tiba saja gelepar petir memelintir, seketika buncah laju kereta tua Retak menerpa bumi tapi langit tetap tegar bertengger jelita Kita menjadi korbannya Kudakwa diri sendiri, mendekam  pada bilik jeruri berduri, beratap ilalang sunyi Malam pula berkhianat menjelma kejam, menikam hingga kau terpejam menuju abadi Jurang pemisah menganga lebar tiada bimbang Betapa jarak sungguh merana, kau di Surga dan aku masih pada keranda bernyawa Akibat mengabaikan Senja dan Kau.. -Ibee

Turbulensi Hati

Gambar
Turbulensi Hati Photo by Wirawan Ilham Terbang mengawang-awang, Menjejali hati kian terguncang pada poros langit, Pagi tadi ketika pesawat yang membawa kita, Terjerat pada rengkuhan langit gelap gulita, Dan gelakmu yang senyap juga mengalami turbulensi hebat  sesaat lepas landasan Atau saat hujan lebat singgah pada mata langit, sekalian matamu yang gundah, Merengkuh seperdua bandara, di mana ada kau dengan sekoper rindu yang kusut  Menyulut pada setiap kalutku. Di udara aku menatap awan bukan matamu, Sebab pandangmu kini berujung pada pangkal langit dan aku masih mengawang bersama kenangan. Ah.. aku tersedak pil anti mabuk dan kau tak di sini lagi, Pesawat kita berbeda kini.. Hati.. Hati-hati pada penerbangan esok hari. -Ibee

Paradoks Zaman

Gambar
Paradoks zaman photo by Wirawan Ilham Beberapa kisah berakhir dan terlahir kembali entah di balik bilik kamarmu atau kamar tetangga-tetanggamu Lalu tiba-tiba saja karam berulang kali pada curamnya kaki langit Dengan hamparan laut luas yang menghubungkan mereka atau siapa saja pada kematian. Kita bisa saja bagai seorang nahkoda ulung, Dapat sekali waktu mendapati diri mabuk laut,  Hingga larut dalam tipu daya waktu dan samudera. Kita bisa saja mengaku.. akulah si pecinta sejati.. Tapi enggan juga menoleh bahkan remeh pada sapaan-sapaan sang pencipta  Ketika deburan ombak sepai menerjang Menggiring ajal kian menjelang Di penghujung peraduannya ia terisak kian tersiksa  Menyalahkan zaman yang kepadanya datang terlambat Sang Pencipta terbahak pada akhirnya -Ibee

Sebelum Mati

Gambar
Sebelum Mati photo by Wirawan Ilham Bala tentara.. bala pemuda.. para gembala alam semesta Jika sampai pada sela penghabisan senja, pada belantara tak bernama tertimbun kisah dengan sejuta tanya namun miskin hatinya Dan mereka hendak memecahkan perkara aksara tua pada sebuah guagarba masa depan.. jikalau ada Iringan langkah terpencar, berpendar, mengerjap pelan dan harap bersama tak jumpa perangkap yang berderap sunyi senyap, lalu lelah kemudian terjebak pada hutan semesta.. Belantaraku kini, bagaimana pula hingga terbelah antara setapak demi setapak, penuh teka-teki, penuh dengki, tiada pilihan lain hanya menanti mati, mereka dengan nasib yang tiada pasti  Bala pemuda..  mengapa diperdaya tanya? kenapa dicurangi teka-teki? dan sekali lagi.. Sebelum mati.. -Ibee 1/5/17